Kamis, 12 November 2015

BAB 4 ( Kriteria Evaluasi, Menentukan Alternatif Pilihan, Menaksir Alternatif Pilihan dan Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan )


Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut yang digunakan dalam menilai alternative-alternative pilihan. Kriteria alternative dapat muncul dalam berbagai bentuk, Kriteria evaluasi berhubungan dengan pengambilan keputuaan. Pada tahap alternative dari proses pemilihan atau akuisisi, konsumen membandingkan pilohan yang di identifikasikan sebagai cara yang potensial yang mampu memecahkan masalah yang mengawali proses keputusan dan memegang peranan penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Ketika membandingkan pilihan ini, konsumen membentuk keyakinan, sikap dan tujuan mengenai alternative yang dipertimbangkan serta memperhitungkan situasi, kondisi, waktu dan ruang.  Konsumen sering membuat keputusan berdasarkan pengaruh atau pada sikap secara keseluruhan terhadap merek atau meminimalkan usaha atau usaha negatif. Saat konsumen melakukan aktivitas tersebut mereka sedang mempertimbangkan elemen-elemen yang terdapat pada satu produk dan menilai elemen mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan dalam memilih sebuah produk.

Evaluasi Alternatif sebelum Keputusan Pembelian Konsumen membentuk satu maksud pembelian, ada 2 faktor :
1.       Sikap/ pendirian orang lain
2.       Situasi yang tidak diantisipasi

Kriteria evaluasi dikembangkan melalui model-model evaluasi yang digunakan. Empat kelompok pengembangan yang dapat dilakukan, yakni: “Pre-ordinate, Fidelity, Matual-adaptive, dan process”

1.      Pendekatan “Pre-ordinate”
Memiliki dua karakteristik; kriteria pertama ditetapkan sebelum pelaksanaan evaluasi. kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan sebelum evaluator turun ke lapangan. Kriteria kedua, dikembangkan dan bersumber pada standar tertentu. Seperti pada pandangan teoritik atau kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
2.       Pendekatan “Fidelity”
Pada dasarnya ada kesamaan prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate” yakni kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator turun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Perbedaaan prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum (universal) sebagaimana tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
3.       Pendekatan gabungan “Mutual-Adaptive”
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process. Kriteria yang di gunakan dikembangkan dari karakteristis program dari luar, seperti berdasarkan pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari pemakai program.
4.       Pendekatan proses
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mengembangkan kriteria selama proses evaluasi berlangsung. Kriteria didapat melalui wawancara, observasi, atau studi dokumentasi. Pendekatan ini berhubungan erat dengan aplikasi pendekatan kualitatif. Karakteristis yang menonjol dari pendekatan ini merupakan kriteria yang dipergunakan dikembangkan selama evaluator di lapangan. Konsekuensinya pendekatan ini terikat dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana program di lapangan.

Kriteria dalam evaluasi diatas mengacu pada :
1.      Pedoman – pedoman tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
2.      Persepsi para pengembang program yang teruji secara teoritis.
3.      Pertimbangan evaluator

Menentukan Alternatif Pilihan

Misalnya dalam membeli dalam membeli handphone konsumen mungkin mempertimbangkan kriteria , kecanggihan, harga, merek, kegunaan, dan sebagainya.

Beberapa alternative pilihan yang umum adalah sebabagi berikut:

1.      Harga
Harga menentukan pemilihan alternative. Konsumen cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia ketahui spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator kualitas. Oleh Karen itu, strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.
2.      Merek
Merek terbukti menjadi determinan dalam setiap pembelian . nampaknya merek merupaka pengganti dari mutu dan spesifikasi produk.Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi sangat baik dapat mengurangi resika kesalahan dalam pembelian.
3.      Negara Asal
Negara asal dimana asal suatu produk dihasilkan merupakan salah satu yang diperhatikan oleh beberapa kalangan konsumen. Negara sering mencitrakan kuliatas produk, contohnya konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas roduk elektronik dari jepang. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss merupakan produk yang handal tak meragukan.
4.      Saliensi (atribut yang mencolok)
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda pengaruhnya ntuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang mencolok (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.
5.      Model
Banyak dari konsumen terutama wanita yang tertarik dengan tampilan atau model dari suatu produk yang diinginkannya. Contohnya casing handphone, banyak wanita yang lebih memilih tampilan atau bentuk yang lucu dibanding melihat fungsi dan kegunaannya.
6.      Kualitas
Tidak sedikit konsumen yang mementingkan kualitas dari produk mereka akan beli. Keputisan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap membeli mempunyai beberapa komponen:

1.      Keputusan tentang jenis produk ,
2.      Keputusan tentang bentuk produk ,
3.      Keputusan tentang merk ,
4.      Keputusan tentang penjualnya ,
5.      Keputusan tentang jumlah produk ,
6.      Keputusan tentang waktu pembelian ,dan
7.      Keputusan tentang cara pembayaran

Setelah mengevaluasi konsumen-konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan menentukan alternative yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Setelah kriteria yang akan menjadi alternative produk yang menjadi pilihannya.

Menaksirkan Alternatif Pilihan
Menaksir alternatif pilihan adalah kegiatan mentaksir atau memprediksi pilihan alternatif setelah pilihan awal tidak berhasil dicapai, kegiatan ini berfungsi sebagai rencana jaga-jaga jika ada pilihan yang tidak berhasil.dalam menaksir suatu alternativedari pilihan yang ada maka konsumen harus memikirkan resiko yang akan diterima apabila konsumen memilih alternative tersebut, dan meninggalkan alternative yang ada.

Ada tiga sudut pandang dalam menganalisis/menaksir alternatif  pilihan keputusan konsumen 

Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternatif produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatif yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik, disebut economic man.
Sudut Pandang Kognitif
Konsumen sebagai kognitif man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya pada keputusan yang memuaskan.
 Sudut Pandang Emosianal
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.

Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik dala, beberapa keadaan , konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran secara logis. Konsumen yang sama hanya sedikirt mengevaluasi atau bahkan tidak sama sekali. Terkadang, mereka membeli berdasarkan diringan sesaat atau tergantung pada instuisi. Kadang-kadang kosnumen mengambil sendiri, bertanya kepada teman, petunjuk bagi konsumen atau wiraniaga untuk memberikan saran pembelian.

 Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Dalam mengambil keputusan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah yang paling maksimal dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat di capai oleh produk. Tingkat tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang lain. keputusan disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan seperangkat alternatif yang bisa diterima, Sedangkan sisanya aturan umumnya menghasilkan satu “terbaik” alternatif.
Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan salam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki konsumen.



Aspek-aspek dalam aturan pengambilan keputusan sebagai pemecahan masalah

Produk yang murah

Produk yang lebih mahal

Pembelian yang sering

Pembelian yang jarang

Keterlibatan rendah

Keterlibatan tinggi

Kelas produk dan merek kurang terkenal

Kelas produk dan merek terkenal

Pembelian dengan pertimbangan dan pencarian yang kurang matang

Pembelian dengan pertimbangan dan pencarian intensif