Kriteria
Evaluasi
Kriteria
evaluasi berisi dimensi atau atribut yang digunakan dalam menilai
alternative-alternative pilihan. Kriteria alternative dapat muncul dalam
berbagai bentuk, Kriteria evaluasi berhubungan dengan pengambilan keputuaan.
Pada tahap alternative dari proses pemilihan atau akuisisi, konsumen
membandingkan pilohan yang di identifikasikan sebagai cara yang potensial yang
mampu memecahkan masalah yang mengawali proses keputusan dan memegang peranan
penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Ketika membandingkan
pilihan ini, konsumen membentuk keyakinan, sikap dan tujuan mengenai
alternative yang dipertimbangkan serta memperhitungkan situasi, kondisi, waktu
dan ruang. Konsumen sering membuat
keputusan berdasarkan pengaruh atau pada sikap secara keseluruhan terhadap
merek atau meminimalkan usaha atau usaha negatif. Saat konsumen melakukan
aktivitas tersebut mereka sedang mempertimbangkan elemen-elemen yang terdapat
pada satu produk dan menilai elemen mana yang lebih penting untuknya yang ia
gunakan sebagai dasar keputusan dalam memilih sebuah produk.
Evaluasi Alternatif
sebelum Keputusan Pembelian Konsumen membentuk satu maksud pembelian, ada 2
faktor :
1.
Sikap/ pendirian orang lain
2.
Situasi yang tidak diantisipasi
Kriteria evaluasi
dikembangkan melalui model-model evaluasi yang digunakan. Empat kelompok
pengembangan yang dapat dilakukan, yakni: “Pre-ordinate, Fidelity,
Matual-adaptive, dan process”
1. Pendekatan “Pre-ordinate”
Memiliki dua
karakteristik; kriteria pertama ditetapkan sebelum pelaksanaan evaluasi.
kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan sebelum evaluator turun ke
lapangan. Kriteria kedua, dikembangkan dan bersumber pada standar tertentu.
Seperti pada pandangan teoritik atau kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
2.
Pendekatan “Fidelity”
Pada dasarnya ada
kesamaan prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate” yakni kriteria yang
dikembangkan sebelum evaluator turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.
Perbedaaan prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat evalusi yang digunakan.
Pendekatan Fidently tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum (universal)
sebagaimana tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
3. Pendekatan
gabungan “Mutual-Adaptive”
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara
pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process. Kriteria yang di gunakan
dikembangkan dari karakteristis program dari luar, seperti berdasarkan
pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari pemakai program.
4. Pendekatan
proses
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mengembangkan kriteria
selama proses evaluasi berlangsung. Kriteria didapat melalui wawancara,
observasi, atau studi dokumentasi. Pendekatan ini berhubungan erat dengan
aplikasi pendekatan kualitatif. Karakteristis yang menonjol dari pendekatan ini
merupakan kriteria yang dipergunakan dikembangkan selama evaluator di lapangan.
Konsekuensinya pendekatan ini terikat dengan masalah yang dihadapi oleh para
pelaksana program di lapangan.
Kriteria dalam evaluasi
diatas mengacu pada :
1. Pedoman – pedoman
tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
2. Persepsi para pengembang
program yang teruji secara teoritis.
3. Pertimbangan
evaluator
Menentukan Alternatif
Pilihan
Misalnya
dalam membeli dalam membeli handphone konsumen mungkin mempertimbangkan
kriteria , kecanggihan, harga, merek, kegunaan, dan sebagainya.
Beberapa
alternative pilihan yang umum adalah sebabagi berikut:
1.
Harga
Harga
menentukan pemilihan alternative. Konsumen cenderung akan memilih harga yang
murah untuk suatu produk yang ia ketahui spesifikasinya. Namun jika konsumen
tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga merupakan indicator
kualitas. Oleh Karen itu, strategi harga hendaknya disesuaikan dengan
karakteristik produk.
2.
Merek
Merek terbukti menjadi determinan
dalam setiap pembelian . nampaknya merek merupaka pengganti dari mutu dan
spesifikasi produk.Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk
kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi sangat baik dapat
mengurangi resika kesalahan dalam pembelian.
3.
Negara
Asal
Negara
asal dimana asal suatu produk dihasilkan merupakan salah satu yang diperhatikan
oleh beberapa kalangan konsumen. Negara sering mencitrakan kuliatas produk,
contohnya konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas roduk elektronik
dari jepang. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss
merupakan produk yang handal tak meragukan.
4.
Saliensi
(atribut yang mencolok)
Konsep
saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda pengaruhnya
ntuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Pada suatu produk
mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting,
tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut yang mencolok (salient) yang
benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan.
5.
Model
Banyak
dari konsumen terutama wanita yang tertarik dengan tampilan atau model dari
suatu produk yang diinginkannya. Contohnya casing handphone, banyak wanita yang
lebih memilih tampilan atau bentuk yang lucu dibanding melihat fungsi dan
kegunaannya.
6.
Kualitas
Tidak
sedikit konsumen yang mementingkan kualitas dari produk mereka akan beli. Keputisan
untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari
sejumlah keputusan. Setiap membeli mempunyai beberapa komponen:
1.
Keputusan
tentang jenis produk ,
2.
Keputusan
tentang bentuk produk ,
3.
Keputusan
tentang merk ,
4.
Keputusan
tentang penjualnya ,
5.
Keputusan
tentang jumlah produk ,
6.
Keputusan
tentang waktu pembelian ,dan
7.
Keputusan
tentang cara pembayaran
Setelah
mengevaluasi konsumen-konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan
menentukan alternative yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Setelah
kriteria yang akan menjadi alternative produk yang menjadi pilihannya.
Menaksirkan Alternatif Pilihan
Menaksir
alternatif pilihan adalah kegiatan mentaksir atau memprediksi pilihan
alternatif setelah pilihan awal tidak berhasil dicapai, kegiatan ini berfungsi
sebagai rencana jaga-jaga jika ada pilihan yang tidak berhasil.dalam menaksir
suatu alternativedari pilihan yang ada maka konsumen harus memikirkan resiko
yang akan diterima apabila konsumen memilih alternative tersebut, dan
meninggalkan alternative yang ada.
Ada
tiga sudut pandang dalam menganalisis/menaksir alternatif pilihan keputusan
konsumen
Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen
sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua
alternatif produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap
alternatif yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta
harus dapat mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik,
disebut economic man.
Sudut Pandang Kognitif
Konsumen
sebagai kognitif man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan
pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang
produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan,
terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive
man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive
man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali
mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya pada keputusan
yang memuaskan.
Sudut Pandang Emosianal
Menekankan
emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk.
Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun
yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan
emosi. Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar.
Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang
rasional.
Ada
konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada
konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif
barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi
membeli spesifik dala, beberapa keadaan , konsumen menggunakan perhitungan
dengan cermat dan pemikiran secara logis. Konsumen yang sama hanya sedikirt
mengevaluasi atau bahkan tidak sama sekali. Terkadang, mereka membeli
berdasarkan diringan sesaat atau tergantung pada instuisi. Kadang-kadang
kosnumen mengambil sendiri, bertanya kepada teman, petunjuk bagi konsumen atau
wiraniaga untuk memberikan saran pembelian.
Menyeleksi
Aturan Pengambilan Keputusan
Dalam
mengambil keputusan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang paling
utama adalah yang paling maksimal dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat
di capai oleh produk. Tingkat
tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang
lain. keputusan disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan
seperangkat alternatif yang bisa diterima, Sedangkan sisanya aturan umumnya
menghasilkan satu “terbaik” alternatif.
Setelah
konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan
membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh
yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen.
Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan salam pengambilan keputusan, serta pengambilan
keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut
keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki konsumen.
Aspek-aspek
dalam aturan pengambilan keputusan sebagai pemecahan masalah
Produk yang murah
|
Produk yang lebih mahal
|
Pembelian yang sering
|
Pembelian yang jarang
|
Keterlibatan rendah
|
Keterlibatan tinggi
|
Kelas produk dan merek kurang terkenal
|
Kelas produk dan merek terkenal
|
Pembelian dengan pertimbangan dan pencarian yang
kurang matang
|
Pembelian dengan pertimbangan dan pencarian
intensif
|